LOCK DOWN
LOCK DOWN
Faktanya, memang islam pun sudah menyediakan masa masa lockdown, harian, pekanan, bahkan tahunan. Setiap hari, dalam shalat lima waktu, itulah masa lockdown harian kita dari sibuknya dunia. Setiap Jumat saat kita memendekkan aktifitas di hari mulia itu, itulah lockdown pekanan kita dari penatnya aktifitas. Dan setiap tahun, di bulan ramadhan, khususnya di masa i'tikaf, itulah masa lockdown tahunan kita dari pengembaraan hidup
Tapi masalahnya, sudahkah sekumpulan lockdown rutin itu kita manfaatkan
sebagaimana mestinya? Apakah jeda jeda ruhani itu sudah membentuk
kepribadian kita menjadi lebih baik? ataukah ia berlalu begitu saja
menjadi rutinitas tanpa makna? Atau bahkan, kita meninggalkannya sama
sekali?
Maka sungguh celaka kalau Gusti Allah SWT memaksa kita lock down dengan musibah sebagai pengantar, seperti hari ini, lalu tak juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri padanya. Di balik kegelisahan kita menjalani karantina dari Allah ini, cobalah bertanya kepada masing masing : apa yang menggelisahkanmu? sejumput dunia yang hilang? itu lagi?? Jika begitu, apa yang akan kau lakukan saat penyakit ini diangkat? kau akan balas dendam meraup dunia sekenyang kenyangnya? Bagiamana kalau lockdown ini lockdown terakhir dan kita tak bisa lagi kembali? na'udzu billah
"Dan jika kalian ditimpa kesulitan di lautan, terlupakanlah segala yang disembah, kecuali hanya Dia (Allah) saja. Ketika Allah menyelamatkan mereka ke daratan, kalian berpaling (dari keimanan, keikhlasan, dan amal sholih). Dan manusia sungguh kufur (terhadap nikmat Allah)(Q.S al-Israa’ ayat 67)."
Ada yang mengomel masjid jadi sepi, tapi bahkan saat sehat pun dia jarang ke masjid. Ada yang menuduh ini konspirasi agar masjidil haram sepi, tapi yang terbayang tak lebih dari agenda wisata religi berujung selfi. Ada yang berdoa agar ramadhan sudah diangkat wabah, tapi bukan nikmat ibadah yang dia bayangkan, tapi big sale, mudik, kumpul - kumpul, keramaian, dan lain lain. Kita terlanjur jadi manusia rutin, celakanya, rutinitas yang entah berujung apa untuk akhirat nanti. Sejujurnya, banyak sisi-sisi hidup kita yang perlu diedit.
Sekali lagi, ini untuk introspeksi diri pribadi. Jika ada masa masa istighatsah dan istighfar terbaik, masa lock down inilah saatnya. Guru saya berkata, adalah musibah yang mendekatkan kita kepada Allah, itu lebih baik daripada nikmat yang melalaikan dari-Nya.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Maka sungguh celaka kalau Gusti Allah SWT memaksa kita lock down dengan musibah sebagai pengantar, seperti hari ini, lalu tak juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri padanya. Di balik kegelisahan kita menjalani karantina dari Allah ini, cobalah bertanya kepada masing masing : apa yang menggelisahkanmu? sejumput dunia yang hilang? itu lagi?? Jika begitu, apa yang akan kau lakukan saat penyakit ini diangkat? kau akan balas dendam meraup dunia sekenyang kenyangnya? Bagiamana kalau lockdown ini lockdown terakhir dan kita tak bisa lagi kembali? na'udzu billah
"Dan jika kalian ditimpa kesulitan di lautan, terlupakanlah segala yang disembah, kecuali hanya Dia (Allah) saja. Ketika Allah menyelamatkan mereka ke daratan, kalian berpaling (dari keimanan, keikhlasan, dan amal sholih). Dan manusia sungguh kufur (terhadap nikmat Allah)(Q.S al-Israa’ ayat 67)."
Ada yang mengomel masjid jadi sepi, tapi bahkan saat sehat pun dia jarang ke masjid. Ada yang menuduh ini konspirasi agar masjidil haram sepi, tapi yang terbayang tak lebih dari agenda wisata religi berujung selfi. Ada yang berdoa agar ramadhan sudah diangkat wabah, tapi bukan nikmat ibadah yang dia bayangkan, tapi big sale, mudik, kumpul - kumpul, keramaian, dan lain lain. Kita terlanjur jadi manusia rutin, celakanya, rutinitas yang entah berujung apa untuk akhirat nanti. Sejujurnya, banyak sisi-sisi hidup kita yang perlu diedit.
Sekali lagi, ini untuk introspeksi diri pribadi. Jika ada masa masa istighatsah dan istighfar terbaik, masa lock down inilah saatnya. Guru saya berkata, adalah musibah yang mendekatkan kita kepada Allah, itu lebih baik daripada nikmat yang melalaikan dari-Nya.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Comments
Post a Comment