SEMOGA MUSIBAH INI BERUJUNG KEBAIKAN
SEMOGA MUSIBAH INI BERUJUNG KEBAIKAN
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصابرين
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al Baqarah : 155)
Kita sudah terlalu sering mendengar ayat itu. Biasanya ketika takziyah. Sang kyai atau ustadz menjelaskan maknanya, atau yang membaca al quran melantunkan ayat itu. Tapi mungkin saat itu orang-orang sedang ngobrol sendiri, atau melamun, atau sibuk dengan hape, atau terlalu sedih dan berduka sehingga kurang perhatian dengan maknanya
Hari ini kita dihadapkan dengan semua yang dikandung dalam ayat itu : rasa cemas dan takut, kesulitan bahan makanan, sembako susah dicari, persediaan saldo menipis, .... dan nyawa yang melayang satu persatu. Lalu kita merasa, seolah olah baru pertama kali mendengar ayat itu.
Seperti saat baginda Nabi wafat, Sahabat Umar tak mau percaya, lalu Sahabat Abu Bakar mengingatkan dengan firman bahwa Nabi adalah manusia yang juga akan bertemu dengan kematian. Sahabat Umar dan yang lainnya baru sadar dan berkata "seolah baru pertama kali mendengar ayat itu"
Adakalanya kita perlu dibenturkan dengan kenyataan, untuk memahami makna suatu firman. Mendengarkan ceramah saja tidak cukup. Apalagi sekedar tausiyah pelengkap acara. Seperti covid 19 ini, pahit memang. pedih bahkan. Tapi ini cara Allah agar kita kembali pada-Nya. mengingat firman-Nya.
Corona itu hanya virus kecil, tak kasat mata. Tapi dengan yang tak kasat mata ini Allah SWT menebar kuasa-Nya. Dan itu juga sudah disyaratkan di tempat lain. Di ayat ke 26 :
Baik di ayat 26 maupun ayat 155 ada pola yang sama : Peristiwa itu pengantar, reaksi manusia intinya. bukan peristiwanya yang dipentingkan, tapi sikap dalam menghadapinya yang menentukan derajat manusianya.
Di ayat ke 26, orang orang beriman berkata : ini hak/benar benar berasal dari Allah, ini semua kehendak Allah. Tidak ada sesuatu yang terjadi di luar kendali kehendak-Nya. Kalau sudah bicara kehendak, maka tidak akan ada yang sia sia. Tapi nyatanya memang reaksi orang berragam. maka diujung ayat ada penegasan : Ada yang dengan ini mendapat petunjuk, ada yang dengan ini makin sesat menjauh.
Di ayat 155 juga begitu. Bahwa dibalik semua krisis dan musibah itu, ada kabar gembira yang disiapkan. Bagi siapa? Bagi yang menyadari bahwa semua makhluk ini kepunyaan-Nya, dan mengembalikan semua ketentuan kepada-Nya, tentu diiringi ikhtiar yang maksimal.
Gampang teorinya. Prakteknya minta ampun susahnya. Setidaknya dengan memahami teori, kita memiliki gambaran memetakan sikap. Sambil itu kita berharap, semoga musibah ini bukan hanya dihilangkan, tapi membawa dampak positif pada diri, mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik. Itulah makna dari doa :
اللَّهُمَّ أْجُرْنا فِى مُصِيبَتِنا وَأَخْلفْ لَنا خَيْرًا مِنْهَا
"Ya Allah, berilah kami pahala dalam musibah ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya."
Mari berandai-andai, jika wabah ini sudah diangkat, mau jadi manusia seperti apa kita?
Wallahul Musta'aan
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصابرين
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al Baqarah : 155)
Kita sudah terlalu sering mendengar ayat itu. Biasanya ketika takziyah. Sang kyai atau ustadz menjelaskan maknanya, atau yang membaca al quran melantunkan ayat itu. Tapi mungkin saat itu orang-orang sedang ngobrol sendiri, atau melamun, atau sibuk dengan hape, atau terlalu sedih dan berduka sehingga kurang perhatian dengan maknanya
Hari ini kita dihadapkan dengan semua yang dikandung dalam ayat itu : rasa cemas dan takut, kesulitan bahan makanan, sembako susah dicari, persediaan saldo menipis, .... dan nyawa yang melayang satu persatu. Lalu kita merasa, seolah olah baru pertama kali mendengar ayat itu.
Seperti saat baginda Nabi wafat, Sahabat Umar tak mau percaya, lalu Sahabat Abu Bakar mengingatkan dengan firman bahwa Nabi adalah manusia yang juga akan bertemu dengan kematian. Sahabat Umar dan yang lainnya baru sadar dan berkata "seolah baru pertama kali mendengar ayat itu"
Adakalanya kita perlu dibenturkan dengan kenyataan, untuk memahami makna suatu firman. Mendengarkan ceramah saja tidak cukup. Apalagi sekedar tausiyah pelengkap acara. Seperti covid 19 ini, pahit memang. pedih bahkan. Tapi ini cara Allah agar kita kembali pada-Nya. mengingat firman-Nya.
Corona itu hanya virus kecil, tak kasat mata. Tapi dengan yang tak kasat mata ini Allah SWT menebar kuasa-Nya. Dan itu juga sudah disyaratkan di tempat lain. Di ayat ke 26 :
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسْتَحْىِۦٓ أَن
يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا
ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا
مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرًا وَيَهْدِى بِهِۦ كَثِيرًا ۚ وَمَا
يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا ٱلْفَٰسِقِينَ
Sesungguhnya Allah tiada
segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.
Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan
itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan:
"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan
perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak
ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,Baik di ayat 26 maupun ayat 155 ada pola yang sama : Peristiwa itu pengantar, reaksi manusia intinya. bukan peristiwanya yang dipentingkan, tapi sikap dalam menghadapinya yang menentukan derajat manusianya.
Di ayat ke 26, orang orang beriman berkata : ini hak/benar benar berasal dari Allah, ini semua kehendak Allah. Tidak ada sesuatu yang terjadi di luar kendali kehendak-Nya. Kalau sudah bicara kehendak, maka tidak akan ada yang sia sia. Tapi nyatanya memang reaksi orang berragam. maka diujung ayat ada penegasan : Ada yang dengan ini mendapat petunjuk, ada yang dengan ini makin sesat menjauh.
Di ayat 155 juga begitu. Bahwa dibalik semua krisis dan musibah itu, ada kabar gembira yang disiapkan. Bagi siapa? Bagi yang menyadari bahwa semua makhluk ini kepunyaan-Nya, dan mengembalikan semua ketentuan kepada-Nya, tentu diiringi ikhtiar yang maksimal.
Gampang teorinya. Prakteknya minta ampun susahnya. Setidaknya dengan memahami teori, kita memiliki gambaran memetakan sikap. Sambil itu kita berharap, semoga musibah ini bukan hanya dihilangkan, tapi membawa dampak positif pada diri, mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik. Itulah makna dari doa :
اللَّهُمَّ أْجُرْنا فِى مُصِيبَتِنا وَأَخْلفْ لَنا خَيْرًا مِنْهَا
"Ya Allah, berilah kami pahala dalam musibah ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya."
Mari berandai-andai, jika wabah ini sudah diangkat, mau jadi manusia seperti apa kita?
Wallahul Musta'aan
Comments
Post a Comment